Jumat, 05 Juli 2013

MY LOVE STORY



Liburan musim dingin ini aku pergi ke Jepang aku pergi kesana bersama pamanku, pamanku membiayaiku ke Jepang lagipula pamanku juga tinggal di Jepang. Di Jepang aku diajak ketempat yang sangat menakjubkan dan pamanku tahu kesukaanku cosplay anime, disana mereka bukan untuk kontes costum tapi sekedar memakainya untuk hangout bareng teman. Tempat itu di daerah akihabara, tidak heran jika banyak anak – anak muda yang memakai baju layaknya seperti anime. Tentu dimusim sedingin ini mereka tidak memakai baju yang seksi yang memperlihatkan tubuh mereka, mereka memakai mantel gaya anime, aku tidak habis pikir mengapa orang tua mereka membiarkan anak – anaknya memakai baju seperti itu, tapi yasudahlah mungkin pemikiran orang Jepang berbeda dengan orang Indonesia. Di Jepang hal yang paling aku kagumi adalah pendidikan mereka, berbeda sekali dengan di Indonesia, disana banyak anak – anak SMA yang bunuh diri karena nilai – nilai mereka kecil dan banyak juga orang – orang yang sudah dewasa yang bunuh diri karena tekanan atau setres bisa juga karena terlalu menanggung suatu beban yang sangat berat dihidupnya, aku sendiri tidak habis mengerti mengapa mereka melakukan itu. Jadi jika saat diperjalanan kendaraan mengalami kemacetan biasanya ada orang yang bunuh diri meskipun mereka tidak mengatakannya, mereka hanya mengatakan ada gangguan di lalu lintas. Banyak sekali hal – hal yang tidak aku ketahui, di Jepang juga banyak liburnya seperti liburan setiap pergantian musim, dan banyak festival– festivalnya, di Jepang festival disebut matsuri, saat festival mereka memakai yukata untuk wanita dan kimono untuk pria. Yang jelas aku tidak memakai yukata karena aku tidak bisa memakainya selain itu terlihat sangat rumit untuk berjalan, meskipun pamanku memaksaku untuk memakai yukata tapi tetap saja aku tidak mau memakainya. Festival biasa diadakan saat malam hari dimana terdapat banyak lampu lampion dan kembang api serta kedai – kedai makanannya juga. Oh iya kita biasa kenal dengan ramen makanan Jepang, jika kalian tahu ramen, itu aslinya menggunakan daging babi jadi jika memesan ramen disana bilang saja pake daging ayam hehehe…
“Yuri, kau mau mencoba itu” kata bibiku
“Hm… boleh aku mau mencobanya”
Lalu aku menghampiri salah satu ruko yang disana ada ikan dan penangkap ikan yang terbuat dari kertas, jika bisa menangkapnya kau boleh membawa ikan itu tanpa bayar, wahh asik ya.
“Oh nona kau mau mencobanya? Sepertinya kamu bukan orang Jepang ya?” kata paman penjual ikan itu.
“Ah iya paman aku dari Indonesia, sedang berlibur kesini”
“Oh begitu, sepertinya akan susah bagimu untuk menangkap ikan ini”
“I ya sepertinya begitu, karena aku belum terbiasa menggunakan penangkap ikan ini”
“Ahahaha… kamu gadis yang baik ya, semoga berhasil”
 Dan aku tidak berhasil menangkap ikan itu, ternyata sulit sekali menangkap ikan menggunakan jaring kertas sampai - sampai jaring ikanku robek.
“Ah ternyata aku tidak bisa menangkapnya paman”
“Hahahaha… aku sudah tahu itu, tapi karena kau sudah berusaha keras aku akan memberimu ikan ini”
“Sungguh paman?”
“Tentu saja, ini”
“Arigatou Gosaimasu”
“haik, haik kau sopan juga ya aku suka melihat remaja seperti itu”
Tiba – tiba terdengar suara pamanku “Yuri apa kau bisa menangkapnya?”
“Tidak paman aku tidak bisa menangkapnya”
“hm.. lalu ikan itu?”
“oh ini dikasih sama paman penjual ikan itu, katanya aku sudah berusaha keras jadi dia memberikanku ikan ini”
“hahaha Yuri apa kau tahu, orang – orang disini menyukai remaja – remaja yang ramah, jika kamu ramah kepada mereka kamu selalu mendapat bonus setiap berbelanja, kecuali di supermarket”
“hahaha paman ini, tentu saja di supermarket seperti itu”
“wah,wah sepertinya kalian sedang asik ya?” bibiku ikut nimbrung
“oh bibi, sapertinya bibi juga sedang asik berbincang – bincang dengan teman bibi tadi”
“oh ya? Tadi itu teman bibi, dia melihatmu dia bilang kalau kamu itu cantik dan ramah”
“benarkah? Hehehe jangan seperti itu ah aku kan jadi malu”
“hahaha Yuri sebentar lagi kembang api dinyalakan apa kau mau melihatnya atau mau langsung pulang?”
“tentu aku saja aku akan melihatnya, jarang – jarang aku menyaksikan kembang api disini lagipula aku juga belum pernah melihat kembang api bersama orang tuaku”
        Bibi langsung terdiam mendengar perkataanku seperti itu, dia tahu bahwa kondisi keluargaku tidak baik, lalu bibi memegang tanganku dan langsung membawaku ke tempat yang paling dekat melihat kembang api. Kembang api pun diluncurkan kau tahu betapa menakjubkannya kembang api itu, baru kali ini aku melihatnya saat aku menyaksikan kembang api hatiku berdebar – debar senang sekali melihat kembang api seperti ini. Seusai festival kami pun pulang, sepulang dirumah paman aku membereskan baju – bajuku yang tidak sempat aku rapikan saat datang kerumah paman, soalnya paman langsung mengajakku ke festival itu, aku senang festivalnya benar – benar meriah kata pamanku itu baru festival musim dingin masih ada lagi festival – festival yang lainnya. Aku jadi tidak sabar menunggu festival yang lain, tapi sayang di Jepang aku hanya sebentar hanya berlibur selama 1 bulan saja.  Lalu pamanku mengajakku untuk jalan pagi, dan aku setuju lagi pula aku ingin merasakan udara akihabara pada pagi hari tapi hal yang paling aku tunggu – tunggu adalah saat melihat bunga sakura yang bermekaran, tapi aku tidak akan sempat juga melihat bunga itu mekar. Andai saja libur sekolahku pada musim semi mungkin aku bisa melihat bunga sakura bermekaran.
        Pagi harinya aku bangun jam 5, tapi belum ada seorangpun yang bangun selain aku, jadi aku memutuskan untuk keluar rumah sebentar ternyata diluar sangatlah dingin pantas saja jam segini belum ada seorangpun yang keluar rumah. Ingin membangunkan paman tapi takut mengganggu, mau keluar sendirian tapi takut jadi aku putuskan untuk menunggu paman diteras rumahnya saja. Lagi pula bibi banyak menanam bunga mungkin tidak akan bosan menunggu paman. Tiba – tiba ada seseorang lewat didepan rumah seorang laki – laki sebaya denganku, lalu dia melihat kearahku dan menyapaku dengan senyum yang ramah.
“ohaiyo”
“ah… ohaiyo”
“hm… mau jalan – jalan pagi juga?”
“iya, tapi aku sedang menunggu pamanku, tapi dia lama sekali”
“kenapa tidak jalan sendirian saja?”
“tidak aku takut, aku belum mengenal daerah disini”
“hm… orang baru ya?”
“iya”
“bagaimana jika jalan pagi bersamaku?”
“……”
“tidak usah takut, aku bukan orang jahat kok, rumahku ada disana, aku kenal pamanmu kok”
“baiklah aku ikut denganmu”
“kau berasal dari daerah mana?”
“aku dari Indonesia”
“wah dari Indonesia, aku suka Indonesia loh, aku banyak baca tentang Negara Indonesia”
“benarkah? Kenapa kamu suka dengan Indonesia?”
“entahlah aku juga tidak tahu, tapi iklim di Indonesia sangat bagus tidak perlu repot – repot dengan cuaca yang terlalu dingin ataupun terlalu panas”
“oh begitu, hm.. iya sih kalo dipikir – pikir”
“kamu sudah berapa kali ke Jepang?”
“baru kali ini aku ke Jepang”
“oh berarti banyak daerah yang menarik yang belum kamu ketahui ya?”
“iya, aku baru melihat festival semalam”
“benarkah? Aku juga berada disana, hm… bagaimana kalau sehabis jalan pagi ini kita pergi jalan - jalan”
“jalan – jalan? Kemana?”
“kita pergi ke tempat yang menarik, oh ya kita belum berkenalan namaku Sato, Kimura Sato”
“namaku Yuri, Ame Yuri”
“namamu seperti nama orang Jepang ya”
“ iya soalnya ayahku berasal dari Jepang ibuku Indonesia”
“oh begitu”
“apa orang tuamu ada disini?
“tidak mereka tidak disini”
“lalu ayahmu?”
“dia… menghilang, maksudku…”
Tiba – tiba saja ada mobil melaju dengan cepat dan aku hampir tertabrak dengan mobil itu, lalu Sato memegangiku aku melihat kearahnya tiba –tiba jantungku berdebar – debar semua aura diwajahku menjadi panas.
“Yuri kau tidak apa – apa”
“iya aku tidak apa - apa”
“dasar pengemudi itu! Tidak melihat – lihat disekitarnya! Bagaimana kalo tadi dia menabrak kita! Dasar!”
“sudahlah Sato” baru sadar bahwa Sato masih memegang tanganku “ma, maaf Sato” buru – buru menarik tanganku dari Sato.
“ah, oh… maaf aku tidak sadar aku masih memegang tanganmu, habis aku kesal dengan orang tadi itu”
“iya tidak apa – apa”
Sesampainya dirumah aku dan Sato berpamitan “sampai nanti Yuri”
“iya sampai nanti Sato” dan aku masuk ke rumah, Paman menghampiriku dan berkata “Yuri habis darimana kamu?”
“aku habis jalan – jalan pagi paman”
“sendirian? Apa kamu tidak takut kalau ada yang menculikmu?” “tidak kok paman, aku tadi pergi bersama, dengan Sato”
“oh… anak itu syukurlah kalau begitu, paman cemas sekali tadi, eh tapi bagaimana anaknya ganteng kan, ramah lagi di Indonesia mana ada laki – laki seperti itu”
“maaf paman aku sudah membuat paman khawatir, lagipula kenapa paman berbicara seperti itu? Aku kan baru kenal”
“hahaha iya iya yang penting kamu tidak apa – apa ah jangan malu – malu begitu Yuri”
“Ih paman ngarang deh siapa juga yang malu – malu”
Aku pun mandi bersama bibiku paman dan bibiku sangat sayang kepadaku selain karena kondisi keluargaku yang berantakan mereka belum memiliki seorang anak jadi mereka benar – benar mengawasi dan memperhatikanku selesai mandi aku jadi bingung mau memilih baju yang mana yang akan kupakai, lalu terbesit bayangan wajah Sato yang tampan benar – benar sosok wajah yang mirip karakter anime yang tampan dan elegan dengan senyum yang ramah lalu aku tersadar dari lamunanku “tidak – tidak apa sih yang aku bayangkan konyol sekali” Akhirnya aku memilih baju berwarna merah jambu dengan mantel berwarna merah jambu juga saat membuka pintu Sato sudah ada didepan rumah, aku langsung menghampirinya dan berkata.
“maaf Sato apa kamu sudah lama menunggu?”
“tidak aku baru saja sampai”
“begitu, baiklah mau kemana kita sekarang?” dengan riang sampai aku tidak sadar aku merangkul lengannya. “maaf aku tidak sadar karena terlalu senang maaf ya Sato”
Dengan tersenyum “hm, tidak apa – apa ayo kita pergi” lalu dari teras bibi berteriak “Yuri hati – hati ya, Sato jaga Yuri ya”
Aku tertunduk malu mendengar bibi berkata seperti itu tapi Sato hanya tersenyum, dan kami pun pergi Sato mengajakku ke toko aksesoris aku heran mengapa dia mengajakku ke toko ini, biasanyakan anak cowok paling males ke toko ini, lalu Sato bebicara “tempat ini kenangan aku dengan dia”
tanpa sadar aku bertanya “kau bilang apa Sato?”
“tidak, tidak ada, kamu tidak memilih pernak pernik anime disini?” “tentu saja aku akan memilih soalnya di Indonesia tidak ada toko aksesoris anime selengkap ini”
“begitu ya”. Aku sibuk mencari aksesoris yang kuinginkan dan akhirnya aku menemukannya “ini dia’’ Sato mengahmpiriku “apa sudah kau temukan”
 “iya sudah kutemukan, bros bunga sakura dan baju bermotif bunga sakura”
 “……” 
“kamu kenapa Sato apa ada masalah?”
“eh… tidak aku tidak apa – apa, bagaimana kalau kita pergi ke taman bunga sakura? Walaupun tidak banyak tapi aku yakin masih ada yang berbunga”
“sungguh? Aku ingin sekali kesana! Ah iya apa tidak apa – apa?”
“hm… kenapa?”
“bukankah taman sakura jauh dari sini kamu tidak lelah nantinya?”
“tidak apa – apa aku sudah biasa kok”
“baiklah kalau begitu” Kami pun pergi ketaman sakura, memang sih belum banyak yang mekar, tapi ada bunganya walaupun hanya sedikit dan tertutup salju akupun mengambil gambar bunga sakura dan tentu saja aku juga berfoto dengan bunga sakura.
 “Sato ayo kita foto bersama” dengan ragu – ragu Sato menjawab “baiklah” Aku meminta tolong dengan orang yang lewat dan meminta untuk mengambil gambar kami dan sakura. Lalu orang itu memfoto kami “satu, dua, tiga chease” Kami berdua tersenyum lebar
“ arigato” kataku
 “ wah kalian terlihat serasi yang satu cantik dan yang satunya lagi tampan”
“ahahaha maaf tapi kami bukan sepasang kekasih, kami hanya teman” bantahku
“ah benarkah? Maaf, tapi kalian cocok sekali loh”
“arigato! Yuri ayo kita pergi” sahut Sato dengan ketus
“e-eh~ Sato?”
“ayo kita pulang sebentar lagi sore, kalo kita pulang larut malam nanti aku dimarahi paman dan bibimu”
“i-iya, ngomong – ngomong Sato apa kamu sakit? Sepertinya kamu jadi diam di taman bunga sakura”
“aku tidak apa – apa”
“Sato bolehkah aku ke toilet sebentar?”
“tentu, tapi jangan lama – lama hari semakin gelap”
“iya aku tahu” Tak lama kemudian saat aku keluar dari toilet ada seorang laki – laki menghampiriku dan menggangguku.
“hei nona cantik, sendirian saja?”
“iya, maaf tapi aku sedang buru – buru”
“hei, kenapa terburu – buru begitu ayo bermain bersamaku” orang itu memegang bokongku akupun menampar laki – laki itu “heh! Jangan macam – macam ya! Atau aku akan panggil polisi, minggir”
Laki – laki itu memegang tanganku dengan kasar “mau kemana kau tidak boleh kemana – mana sebelum kau bermain bersamaku!”
“lEPAS! Lepaskan! Tolong! TOLONG!”
Laki – laki itu semakin ganas dia memeluk tubuhku memaksa dan berkata  “tidak ada seorangpun yang mendengarmu nona cantik hahahaha”Aku menangis, tiba- tiba terdengar suara langkah seseorang dan memukul wajah pria itu
 “AH! BRENGSEK! Siapa yang berani memukulku!”
“Aku yang memukulmu!”
“KURANG AJAR” pria jahat itu memukul wajah Sato “SATO!” teriakku akhirnya mereka pun berkelahi dan yang menang adalah Sato lalu pria itu lari. Aku menghampiri Sato “Sato kamu tidak apa – apa?”
“iya aku baik – baik saja”
“tapi wajahmu memar”
“sudahlah aku tidak apa – apa”
“Sato…” akupun menunduk dan menangis, lalu Sato memelukku “Yuri, aku tidak apa – apa sudah jangan menangis”
“tapi kau terluka seperti itu”
“sudahlah, ayo kita pulang, paman dan bibimu pasti khawatir”
Kami berjalan pulang Sato memegangi wajahnya dengan tangannya tiba dirumah paman, bibi menghampiriku dan berkata “Yuri kenapa kamu pulang larut malam?”
“ah tidak apa – apa bi, aku diajak jalan – jalan dengan Sato, banyak hal yang menarik”
“benarkah? Baguslah kalau begitu, Sato terimakasih ya sudah mengajak Yuri jalan – jalan, terimakasih juga sudah mengantarnya pulang”
“iya tidak apa – apa bi”
“mau mampir dulu Sato?”
“tidak bi aku harus pulang, nanti ibu semakin cemas kalau aku pulang larut malam”
“iya terimakasih Sato” lalu aku menghampiri Sato “Sato… terimakasih ya sudah menolongku, aku brhutang budi padamu” “sudah Yuri tidak usah dipikirkan sudah masuk sana hari semakin malam” lalu aku memegang pipi Sato yang memar “AW!” jerit Sato kesakitan “Sato… sebaiknya lukamu diobatin dulu”
“tidak usah nanti aku obatin sendiri” aku tersenyum dan berkata “yasudah kalau begitu termiakasih, oyasumi tetanggaku yang baik” “o-oyasumi”. Sato pun pulang kerumahnya, aku masuk kedalam dan mandi aku jadi kepikiran kata – kata Sato “tempat ini kenangan aku dengan dia” kata – kata itu terngiang – ngiang di otakku tiba – tiba telepon berbunyi, telepon dari ibuku dia menanyakan keadaanku disini kemudian ponselku berbunyi lagi ayahku yang menelpon sama saja dia menanyakan kabarku, aku jadi kepikiran bagaimana keadaan orang tuaku sekarang apa mereka baik – baik saja, sejenak aku melmun lalu ponselku berbunyi lagi ternyata telepon dari Sato “malam Yuri apa kau sudah tidur?”
“belum, aku belum bisa tidur”
“kenapa? Apa karena aku?”
“bukan, ini masalahku sendiri”
“oh begitu, maaf tadi sudah membuatmu khawatir”
“tidak apa – apa khawatir itu wajar kan, bagaimana dengan lukamu?”
“tidak masalah dengan lukaku, sudahku kompres dengan es sesuai saranmu”
“hihihihi yasudah semoga cepat sembuh Sato”
“iya terimakasih” Telepon pun aku tutup kepalaku sakit dan menjadi berat aku mencari obat dan meminumnya lalu aku berbaring dan akupun tertidur.
Keesokan paginya paman mengajakku ke acara minum teh sampai disana banyak sekali yang datang ke acara itu, pintu masuk ke ruangan acara tersebut sangat unik kita masuk dengan merunduk soalnya pintunnya tidak dibuat seperti pintu biasa, setelah acara minum teh usai kakiku jadi kesemutan di acara itu kita harus duduk tegak dan kaki dilipat ke belakang sambil menunggu teh itu siap untuk diminum bersama, oh iya meminum teh di acara ini kamu meminumnya dengan benar – benar merasakan kenikmatan teh itu sendiri seusai acara itu aku dan bibi mengganti baju dan kami pergi ke pasar untuk membeli bahan – bahan makanan, pasar disana terlihat sangat tradisional karena nuansanya dibuat asri dengan budaya Jepang, jadi tak heran jika disepanjang pasar kita melihat lampion – lampion besar yang bertuliskan nama warung tersebut.  Sehabis belanja kami pulang dan memasak pamanku mengajak keluarga Sato dan tetangga sebelah rumah untuk makan bersama sekaligus menjadi pesta karena kedatanganku memang orang – orang disana jika ada keluarganya yang jauh, datang kerumah mereka maka mereka mengadakan pesta kedatangan keluarganya biarpun hanya seorang jadi keluarga Sato dan tetangga paman datang tentu saja aku menyapa mereka karena akulah bintang di acara ini,banyak sekali pertanyaan mereka yang harus ku jawab aku sampai kuwalahan, saat semua sedang makan bersama Sato menarikku dan mengajakku kesuatu tempat mungkin Sato kasihan melihatku dikroyok paman – paman dan bibi - bibi itu jadi aku pergi bersama Sato, disepanjang jalan kami berbincang – bincang.
“Yuri bagaimana rasanya tinggal disini?”
“menyenangkan dan aku suka disini, sampai – sampai aku tidak ingin pergi dari sini ”
“apa yang membuatmu suka tinggal disini”
“hahaha tentu saja karena tetangga yang baik, ramah dan banyak hal menarik disini”
“ada yang lain?”
“hm… tidak”
Sejenak Sato terdiam dan berkata “oh begitu, Yuri ikut aku!”
“hah? Mau kemana?”
“akan kutunjukkan tempat yang menarik.”
Lalu kami pergi ke tempat yang dimaksud Sato, ternyata tempat itu adalah sebuah bukit yang banyak sekali dengan pohon sakura, tempat itu indah sekali dengan pemandangan lampu – lampu yang berkelap kelip dan bunga sakura dimalam hari yang diselimuti salju sungguh tempat yang menarik sungguh rasanya ingin menangis, sebelumnya belum pernah ada orang yang mengajakku ke tempat yang indah walaupun itu hanya taman bunga biasa, baru kali ini ada orang yang mengajakku ke tempat seperti ini.
“bagaimana Yuri apa kau suka tempat ini?”
“iya aku suka sekali” air mataku jatuh begitu saja
“kamu kenapa?”
“aku hanya terharu saja baru kali ini ada seseorang yang mengajakku ke tempat seperti ini, orang tuaku saja tidak pernah mengajakku ke tempat seperti ini”
sambil mengusap air mataku Sato berkata “Yuri, walaupun kamu ramah terhadap orang lain sebenarnya aku tahu, dibalik itu semua kamu menanggung beban yang berat”
“bagaimana kamu bisa tahu?”
“aku selalu memperhatikanmu Yuri, tidakkah kau sadar?”
“Sato…”
“Yuri, jika kau ingin menangis menangislah dan jika kau ingin berteriak berteriaklah sekeras kerasnya, aku mengajakmu kesini untuk membantumu melepas semua beban yang kamu tanggung, jika kau ingin menceritakan kepada seseorang aku siap mendengarkanmu”
“Terimakasih Sato”
Akupun berteriak sekeras kerasnya dan menangis, lalu Sato memelukku dan menenangkanku aku bahagia mempunyai teman seperti dia. Lalu kami berdiri di pinggir sungai kecil tersebut, sungai itu membeku, Sato mengajakku ke sungai yang membeku itu ternyata berjalan di es itu licin sampai – sampai aku terjatuh berkali – kali akhirnya Sato membantuku berjalan. Setelah puas kami pulang, ternyata dirumah paman masih ramai orang, tiba – tiba ada seorang paman mengajakku menari mau tak mau aku harus meladeninya belum selesai menari Sato menarik lenganku aku heran kenapa setiap aku sedang bersama laki – laki lain walaupun dia adalah paman – paman ekspresi wajah Sato berubah. Mungkin melihat tingkah aneh Sato ibu Sato bertanya kepada Sato diapun berkata “hei Sato, kau kenapa hm… sepertinya ada yang aneh denganmu”
“apaan sih bu tidak ada yang aneh denganku kok”
“ah kau tidak bisa membohongiku Sato, tidak biasanya kau seperti ini, biasanya kalau ada pesta gadis – gadis disini ikut menari kau biasa saja tuh”
“ya karena Yuri baru disini dia tidak sama dengan gadis – gadis itu” “kau yakin hanya itu?” Lalu Sato pergi, aku menyusul Sato dan berkata “Sato tunggu kau mau kemana?”
“Yuri kenapa kau tidak tidur saja ini kan sudah malam”
“kau sedang kesal ya Sato aku sudah terbiasa tidur larut malam kok malah tidak tidur sama sekali”
“sepertinya banyak ya yang kamu pikirkan, ya aku sedang kesal” “hehehe mungkin, kesal kenapa?” “kok mungkin sih kamu kan yang ngerasain, itu kau tidak perlu tahu”
“habis aku bingung mau jawab bagaimana, ya baiklah kalau aku tidak boleh tahu”
“yasudah daripada berdebat seperti ini lebih baik kau masuk kedalam dan istirahat saja, aku mau pulang capek”
“ya, baiklah” Akupun masuk kedalam rumah dan beristirahat, tak sadar aku tertidur hingganya aku tidak tahu jam berapa pesta itu usai.
Hari demi hari ku lalui bersama Sato senang sedih kami selalu bersama walaupun hanya kenal dalam satu hari terasa kenal dalam setahun, mungkin karena Sato orangnya ramah dan pandai mengambil hati orang lain, tiba saat liburanku hampir selesai aku pulang ke Indonesia aku merasa sedih meninggalkan Jepang sebelum aku pergi ke Indonesia Sato menemuiku di bandara dia memberikan sesuatu tapi aku hanya boleh membukanya saat tiba di Indonesia, sebelum aku pergi dia mengucapkan sesuatu yang aneh “Yuri tunggulah aku, aku akan menyusulmu” aku tidak mengerti apa maksudnya jadi aku hanya menanggapi “aku akan menunggu, lagipula kamu mau menyusulku kemana? Kamu kan sekolah Sato” tapi Sato hanya tersenyum manis kau tahu senyuman Sato membuat hatiku berdebar – debar lalu terdengar pemberitahuan bahwa pesawat yang akan aku naiki akan berangkat jadi aku bergegas kesana. Selama di perjalanan aku masih membayangkan senyum Sato aku jadi sedikit melamun, lalu seorang pramugari memberitahuku bahwa ponsel yang aku genggam harus dimatikan, sebelum aku mematikan ponsel itu ada sms dari Sato katanya “Yuri, hati – hati dijalan J” aku tersenyum membaca sms itu dan aku mematikan ponselku tiba di Indonesia yang menjemputku di bandara hanya kakakku saja, sedih sih memang aku merasa kedatanganku tidak ada artinya bagi mereka terkadang aku berfikir mungkin jika aku kecelakaan saat di pesawat tidak ada orang yang mau menjengukku atau sibuk mencariku. Tapi jika aku mengatakan apa yang aku pikirkan ke kakakku aku pasti dimarahinya, sampai dirumah aku tidak sabar membuka kado yang diberikan Sato kepadaku, saat aku buka ternyata isinya kertas dinding bermotif sakura dan bantal sakura dan ada sebuah foto aku bersama Sato di taman sakura dengan bingkai bunga sakura dia benar – benar tahu aku memang menyukai bunga sakura. Aku tersenyum senang aku mulai mendekor kamarku tentu saja dibantu dengan kakakku dan aku meletakkan foto kami di meja belajarku, kakakku iseng bertanya “Yuri siapa itu pacarmu di Jepang ya?”
“bukan Itu temanku kak”
“oh, keliatannya mesra banget”
“ah biasa aja deh”
“hahahaha lihat wajahmu merah Yuri”
“aaaaaaa kakak jangan menggodaiku seperti itu!!” kakakku tertawa puas melihat tingkahku seperti itu aku jadi malu lalu ibuku masuk kekamarku “hei, hei ada apasih kalian ini ribut – ribut?” kakakku menjawab seenak udelnya aja “itu bu, Yuri punya pacar di Jepang” akupun membantah “bukan bu! Itu temanku! Kakak! Jangan seenaknya dong!” Kakakku  tertawa dan ibuku hanya tersenyum melihat kami seperti itu. Lalu aku diajak jalan – jalan dengan kakakku di mall, tentu saja aku membeli sepatu, tas dan perlatan – peralatan untuk sekolah lalu kakakku menjakku makan di pizza hut aku sangat menyukai pizza sangat – sangat suka dan kakakku tahu itu makanya dia mengajakku kesana karena besok aku sudah mulai masuk sekolah jadi kami pulangnya tidak malam – malam aku harus mempersiapkan segala sesuatu untuk sekolah besok, pertama aku harus menyetrika baju sekolahku, merapihkan kamarku dan memisahkan buku – buku yang tidak terpakai. Haripun sudah malam, tapi aku teringat Sato aku rindu sekali dengannya biasanya jam segini kami pergi bersama ke suatu tempat yang menarik tiba – tiba ponselku berbunyi saat kulihat ternyata sms dari Sato dia menanyakan kabarku aku senang sekali, tapi aku berfikir “kenapa setiap apa yang Sato lakukan aku senang ya biasanya aku sangat cuek apa yang dilakukan orang lain tapi kenapa hanya sebuah sms saja hatiku sangat senang? Apakah aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama saat itu? Ah masa iya sih!” Lalu aku jadi sedikit melamun tanpa kusadari ibuku sudah memanggilku lebih dari tiga kali “Yuri, Yuri, Yuri, Yuri, Yuri, YURI!” aku jadi kaget dan berkata “ah iya! Ada apa bu?”
“kau ini sudah ibu panggil berkali – kali malah senyum – senyum sendiri! Ada apa sih? Kayaknya seneng banget”
“hehehe tidak apa – apa bu”
“halah paling Yuri lagi mikirin cowoknya yang di Jepang bu” dengan seenaknya kakakku berkata seperti itu
“enggak bu, aku gak punya pacar disana, kakak aja tuh yang ngawur!” ibuku hanya tersenyum saja mungkin ibuku juga agak aneh melihat sikapku begitu soalnya tidak biasanya aku seperti itu, lalu kakakku melanjutkan perkataannya “oh begitu, lalu difoto itu siapa?”
“oh itu, itu temanku yang di Jepang orangnya baik dan ramah loh kak ah kakak ini nanya lagi”
“tampan juga ya, kalo didandanin sedikit aja udah deh mirip anime – anime yang kayak di TV bukan begitu cowok kesukaanmu  Yuri?” “iya sih, eh apaansih kak, omongannya gak penting banget deh banget deh”
“wkwkwkwk :D eh jangan – jangan banyak foto cowok itu lagi di ponselmu”
“ih enak aja enggak kok” dalam hati mah padahal memang banyak fotonya setelah itu kakak dan ibu keluar dari kamarku dan akupun tidur karena kelelahan merapihkan kamar ditambah lagi aku berdebat dengan kakakku tadi.
        Keesokan hari aku siap – siap untuk berangkat sekolah lalu aku membangunkan kakakku untuk mengantarku sekolah, tapi hal yang paling malas aku lakukan ya membangunkan kakakku itu susaaaaah banget disuruh bangunnya mentang – mentang jam kuliahnya agak siang jadi gitu tuh kayak kebo tambah lagi memang dia suka tidur larut malam, ya wajar juga sih sebenarnya hehehe :P tapi kan sebel aja ngebanguninnya susah, kalau mau naik angkot atau bus pasti telat akhirnya kakakku bangun juga, tapi sesuai lah bangun susah tapi apa yang harus dia lakukan cepat dikerjakan seperti membawa motornya waw kebut banget soalnya kalo gak gitu aku pasti ngomel – ngomel karena telat sekolah, sesampainya disekolah teman – temanku ada didepan gerbang biasa sehabis libur kami menunggu teman kami datang dan kami menunggu didepan gerbang, 10 menit lagi masuk kelas kamipun bergegas masuk kedalam kelas, diawal semester 2 ini aku harus rajin – rajin belajar. Belpun berbunya ibu guru masuk ke dalam kelas “selamat pagi anak – anak”
“selamat pagi bu”
“anak – anak kita kedatangan murid baru” seorang murid bertanya “wah pindahan darimana bu? Laki – laki atau perempuan? Kalo perempuan orangnya cakep gak bu?” lalu semua anak dikelas menyorakin siswa tersebut “huuu otakmu itu loh cewek aja” celetuk seorang siswi yang lain “kenapa memang gak boleh?”
“sudah – sudah tidak usah rebut” lanjut bu guru “kita kedatangan seorang murid laki – laki dia dari Jepang” tiba – tiba saja aku jadi berdebar – debar “masuklah” kata bu guru lalu anak itupun masuk kedalam kelas aku terkejut melihatnya dalam hati aku berkata “Sato? Apa aku tidak salah lihat?” baiklah anak – anak inilah murid baru yang akan menjadi teman kalian silahkan perkenalkan dirimu” “Ohaiyo mina, boku wa namae Kimura Sato desu” teman – teman tidak mengerti apa yang dikatakan Sato lalu ibu guru menerjemahkan perkataan Sato “namanya Kimura Sato, dia belum ahli berbicara bahasa Indonesia jadi mohon bantuan kalian untuk membantu apa yang belum dia mengerti” lalu anak – anak menjawab dengan serempak “baik bu” bu guru berkata kepada Sato “Sato silahkan cari tempat dudukmu” Sato kelihatan bingung mencari tempat duduknya lalu aku menyingkirkan tasku dan menyuruh Sato duduk disebelahku “Sato duduk disebelahku saja” tanpa pikir panjang Sato langsung duduk disampingku dia terlihat senang sekali. Teman – temanku yang lain pada melihat Sato ada yang bilang “waaaah tampan sekali, coba dia duduk disebelahku” Sato hanya tersenyum saja sebenarnya Sato banyak belajar bahasa Indonesia mungkin tidak sulit baginya untuk beradaptasi disini aku tahu Sato mengerti apa yang dikatakan temanku tadi, tapi dia tidak menghiraukannya “baiklah anak – anak kita akan memulai materi pelajarannya” kata bu guru sambil menulis di papan tulis aku yakin Sato pasti menjadi anak terpandai di sekolah ini karena pelajaran yang kami pelajari sekarang pasti sudah dia pelajari di sekolahnya. Aku heran mengapa Sato memilih pindah dan bersekolah disini padahal pendidikan disana kan baik sekali daripada disini.  Setelah pelajaran selesai kami beristirahat ke kantin tentu saja aku mengajak Sato ke kantin “Sato ayo kita ke kantin, aku akan menunjukkanmu seperti apa makanan di kantin sekolahku” “baiklah” lalu kami pergi ke kantin “nah Sato kamu mau beli apa?” Sato memilih bacang “aku mau yang ini, kelihatannya enak”
“oh baiklah, ibu aku beli yang ini ya ini uangnya”
“iya, wah ada anak baru ya, darimana dia?”
“oh, dia dari Jepang bu”
“waduh, semoga dia bisa beradaptasi disini”
“hehehehe iya aku akan membantunya” tiba – tiba Sato bertanya padaku “Yuri apa yang dikatakan ibu itu? Oh katanya kamu murid pindahan baru dan dia berharap agar kamu bisa beradaptasi disini” “oh begitu mana makananku?”
“oh iya ini, ngomong – ngomong Sato kamu tinggal dimana?”
“kau ingin tahu, nanti sajalah tempat tinggalku tidak jauh dari rumah mu kok”
“hm… aku jadi penasaran” lalu Sato memakan bacang itu “enak, makanan ini apa namanya?”
“itu namanya bacang”
“bacang?”
“iya bacang”
“hm.. iya, iya bacang” melihat dia mengulang nama makanan itu lucu sekali aku tersenyum sambil tertawa kecil. Lalu bel masuk pun berbunyi kami langsung masuk ke kelas seperti biasa kami belajar dengan tekun dan rajin pulang sekolah aku langsung menghampiri Sato “ayo Sato, aku tidak sabar melihat rumahmu”
“kau pasti tidak menyangkanya” yang aku suka dari Sato dia selalu memiliki kejutan yang membuatku sangat penasaran, ternyata rumah Sato adalah rumahku juga “Sato jadi kau tinggal bersamaku?”
“iya”
“lalu orang tuamu?”
“orang tuaku di Jepang”
“mereka mengizinkanmu bersekolah disini?”
“tentu saja kalau tidak di izinkan aku tidak akan bersekolah disini” lalu ibuku mengahmpiri kami “hei sudah jangan ribu – ribut diluar ayo masuk” kami pun masuk aku langsung bertanya kepada ibuku “ibu kenapa ibu tidak memberitahuku?”
“apa perlu? Biasanya kan kamu tidak mau tahu”
“ya tapi ini berbeda bu”
“hahaha”
“ibu jangan hanya tertawa saja, seperti kakak saja!” lalu kakakku ikut nimbrung “apa yang seperti kakak? Cie pangerannya tinggal disini juga”
“ih kakak! Apaan sih!”
kakakku bertanya kepada Sato “Sato bagaimana sekolahmu asik tidak?”
“iya asik”
“kau duduk dengan siapa?”
“aku duduk dengan Yuri”
“waaaaaaah cocok sekali ya semakin asik juga nih sekolahnya” “hahaha iya” lalu aku menyambar “apa sih maksudmu kak? Ikut – ikut aja kerjaannya” melihat aku dan kakak berdebat Sato tertawa sepertinya hal itu membuatnya gembira padahal jengkel setengah mati.
Syukurlah kalau dia senang berarti dia benar – benar ingin tinggal disini. Tapi kurasa Sato belum tahu keadaan keluargaku yang sebenarnya jadi kurasa perlahan – lahan dia akan tahu kondisiku dan keluargaku aku ingin tahu apakah jika ia tahu kondisiku seperti ini dia mengerti perasaanku? Kurasa aku ingin dia mengerti dan selalu memberiku semangat, aku selalu dikecewakan oleh ayahku dengan janji – janji yang ayah buat tapi tidak pernah ditepati tentu rasanya sakit, terkadang aku tidak ingin mempunyai harapan kepada orang lain, tapi tidak bisa jika ada seseorang membuat janji kepadaku aku selalu percaya mereka akan menepati janji mereka, walaupun sebenarnya tidak, aku lemah bukan, perasaanku tidak bisa keras terhadap orang aku selalu lemah sekali ada yang menyakitiku seperti itu hatiku sangat sakit dan rasanya aku ingin menangis walalupun aku tahan agar air mataku yang keluar tidak terbuang percuma. Sungguh kondisiku sangat terpuruk dan aku berpikir lebih baik aku pergi dari sini, tapi hal itu hanya membuatku lari dari masalah. Lalu Sato menepuk pundakku dan berkata “Yuri nanti tolong ajarkan aku membuat tugas bahasa Indonesia ya, aku kan belum mahir” lalu aku tersenyum “hm.. tentu saja nanti aku bantu tugasnya kan sama saja denganku”
“terimakasih Yuri J
“sama – sama ;)” lalu kamipun makan siang kurasa Sato belum terbiasa dengan masakan ibuku, mungkin berbeda dengan makanan yang dia makan disana karena masakan ibuku serba matang, ikanpun digoreng sedangkan Sato biasa memakan ikan setengah mentah dengan cuka. Kurasa dia tidak suka, itu terlihat dari raut wajahnya meskipun dia mencoba agar tidak terlihat dia tidak menyukai masakan ibuku tapi aku bisa melihatnya, lalu dia hanya memakan sayur yang dimasak ibuku saja dan aku berpikir aku akan mengantarkan makanan untuknya nanti saat ibu pergi keluar setelah usai makan dan ibu pergi aku ke dapur dan memasak ikan itu, setelah jadi aku pergi ke kamar Sato dan memberikan makanan untuknya “Sato apa kau ada di dalam?”
“oh Yuri, iya masuk saja” lalu aku membuka pintu “Sato makan dulu yuuk”
“ah… aku kan sudah makan”
“apa hanya makan sayur dan nasi saja? Aku rasa itu tidak cukup untukmu”
“tapi… Yuri”
“ini aku sudah membuatkan makanan yang biasa kau makan” “hah??”
 “jangan bilang hah kepadaku, ayo dimakan”
“baiklah jika kau memaksa” lalu Sato memakannya dengan lahap “bagaimana enak tidak?”
“hm.. iya enak aku belum pernah makan yang seperti ini”

“masa sih, kamu gak bohong kan?”
“tidak, ibuku tidak pernah membuatnya seperti ini”
“begitukah?”
“he’em, oh ya ngomong – ngomong, Yuri sudah punya pacar?” aku sedikit tersedak saat ingin meminum air “uhuk, uhuk hah kok kamu bertanya seperti itu?”
“iya aku hanya bertanya saja, soalnya tadi di sekolah aku melihat banyak siswa – siswi berjalan berpasangan”
“ooh itu, tidak aku tidak punya” wajah Sato menatapku dengan tajam “a..a.. ada apa Sato mengapa kau melihatku seperti itu?” lalu Sato tersenyum “hm… tidak apa – apa syukurlah kalau begitu”
“hah? Maksudmu?”
“hahaha tidak, tidak apa – apa” lau dia melanjutkan makan lagi dengan senyum yang semeringah, entah mengapa dia terlihat bahagia sekali saat menyantap makanan itu, aku belum pernah melihatnya seperti itu “waaaah enak sekali, terimakasih Yuri atas makanannya” “ah.. iya tidak masalah, mau tambah lagi?”
“tidak, aku sudah kenyang, ohya abis ini ajak aku berkeliling ya aku ingin tahu seperti apa disini”
“iya, nanti aku akan mengajakmu, tapi disini sangat padat, ah maksudku jalanan di Jakarta sangat macet jadi sabar dijalan ya” “kita jalan saja”
“apa kau yakin? Udara di Jakarta tidak bersih saat di Akihabara” “hm… benarkah? Kalau begitu pakai motor saja biar agak cepat besok kan kita sekolah”
“yasudah tapi aku tidak bisa mengendarai motor”
“apa kau pikir aku tidak bisa?”
“bukan begitu.. SIM milikmu kan untuk di Jepang bukan di Indonesia”
“tenang aku sudah mempersiapkannya kok, lagipula jika kau bisa mengendarai motor tentu saja tetap aku yang membawa motor itu” “hahaha Sato dasar kau ini”
“ayo kita pergi!”
“baik aku ganti baju dulu ya”
“ah tidak usah begini saja sudah bagus kok, lagi pula kau pakai baju bagus – bagus tapi pakai motorkan sama saja”
“benar juga ya hahaha yasudah kalau begitu, ayo” kami pun pergi sambil melihat – lihat disekitar yang penuh dengan kendaraan “yah kita kena macet deh”
“huh kan sudah kubilang Jakarta tidak sama dengan Akihabara” “hahaha jangan cemberut gitu dong” dan jalanan pun mulai lancar “Yuri disana itu apa ya?”
“oh itu orang yang berjualan bunga”
“dipinggir jalan begitu?”
“iya, tidak tertib ya?”
“hm.. iya sih tapi jalanan jadi kelihatan segar ya, yah walalupun mengganggu jalan”
“hahaha apa kau berpikir seperti itu?”
“hahaha iya kurasa begitu”
“kita ke GI yuk”
“apa itu GI”
“GI itu Grand Indonesia”
“tempat apa itu?”
“sudah kita kesana saja”
“ya baik – baik” sampai di GI aku langsung mengajak Sato masuk kedalam sana, saat kulihat wajah Sato aku merasa berdebar, wajahnya penuh dengan keingintahuan akan tempat ini, wajahnya seperti anak kecil yang terkejut melihat sesuatu yang tidak pernah dilihatnya yah kurasa seperti itulah wajah Sato saat ini. Semakin kuperhatikan aku jadi semakin tertarik kepadanya, tapi aku tidak tahu apakah Sato memiliki perasaan sepertiku saat ini “Yuri disana ada apa kok ramai sekali” Sato membuyarkan lamunanku “o-oh disana ada air menari”
“air menari?”
“iya, daripada kau penasaran mari kita melihatnya”
“iya” lalu kami menuju air menari itu “yah inilah yang disebut sebagai air menari, bagaimana keren bukan?”
“iya, aku belum pernah melihat yang seperti ini” aku terpaku melihat wajahnya seperti itu jantungku semakin berdebar aku tidak bisa mengatakannya, tapi dia sangat – sangat berbeda dari yang biasanya. “hm… ada apa Yuri? Kenapa dengan wajahmu itu? kok merah begitu wajahmu”
“eh tidak apa – apa”
“hm.. benrakah? Baguslah” setelah pertunjukkan air menari selesai kami berkeliling di GI dan berfoto – foto disana. Tiba – tiba langkah Sato berhenti dan menatap kamuflase suasana sakura, “Sato? Ada apa?”
“hm… tidak, aku hanya berpikir bagaimana orang itu bisa membuat itu seperti nyata”
“oh… itu, iya aku sangat menyukai tempat ini karena itu perasaanku menjadi damai, apa kau begitu juga?”
“iya, aku akan mencari tempat seperti itu saat aku pulang ke Jepang nanti”
“wah, semoga bisa kau temukan ya ;)”
“hahaha terimakasih, ngomong – ngomong apa kita tidak pulang saja? Hari sudah semakin sore dan tugas kita belum dikerjakan”
“iya kau benar mari kita pulang” dan kamipun pulang sampai dirumah aku dan Sato langsung ke kamar masing – masing kami mengerjakan tugas kami lalu seseorang mengetuk kamarku “Yuri bolehkah aku masuk? Ini aku Sato”
“oh iya Sato masuk saja”
“waah jadi ini kamarmu? Hehehe”
“iya ini kamarku”
“Yuri bantu aku mengerjakan tugas ini ya”
“oke! Serahkan padaku!” lalu kami mengerjakan tugas itu bersama – sama dan akhirnya selesai juga, tiba – tiba suara ibu terdengar memanggil kami “YURI, SATO makan malam” dan secara bersamaan kami menjawab “BAIK” dan kami bergegas turun kebawah sebelum ke meja makan Sato menghalangiku dan berkata “Yuri sebaiknya kau tidak usah repot – repot membuatkanku makanan”
“tapi Sato”
“sudah tidak apa – apa”
“hm… kau tahu Sato”
“apa?”
“kau berbeda”
“hahaha tentu saja aku berbeda” dalam hatiku aku berkata “maksudku kau berbeda dari yang lain aku tertarik padamu” lalu ibu membuyarkan lamunanku “hey Yuri sedang apa kau disitu? Ayo cepat makan”
“eh iya bu” saat makan malam kakak bertanya kepada Sato “Sato apa kau punya pacar?”
“hah? Kenapa bertanya seperti itu?”
“aku hanya ingin tahu saja” lalu aku langsung menyambar “ngomong apasih kak, gak banget deh nanyanya”
“halah kau juga ingin tahu kan Yuri”
“eh.. e e enak saja kalau bicara” lalu keluar kata – kata dari mulut Sato “hm… tidak aku tidak punya” fiuuh dalam hatiku, aku merasa lega “tapi, baru saja aku menemukan orang yang special dalam hidupku” hatiku sakit dan berdebar dengan keras aku merasa agak lesu aku ingin tahu siapa orang itu? aku jadi tidak nafsu makan, aku berdiri dan meninggalkan meja makan “Yuri, kau mau kemana bukankah makananmu belum habis?” Tanya Ibu kepadaku “tidak, aku sedikit merasa lelah jadi aku tidak nafsu makan kalian lanjutkan saja makannya aku mau ke kamar dulu” dengan lunglai aku pergi ke kamarku, tak lama kemudian kakak masuk ke kamarku “hei Yuri! Kau belum tidur kan?”
“sudah kubilang kalau masuk ke kamar orang ketuk pintunya dulu” “ah ngapain kebagusan untukmu”
“dasar! Terserah kakak sajalah” lalu kakak mendekatiku “Yuri, kau menangis?”
“siapa yang emenangis? Aku hanya mengantuk”
“kau yakin? Hm… ternyata kau menyukai Sato ya?”
“kak sudahlah aku mau tidur! Kakak keluar saja”
“baik – baik kakak keluar” keesokan hari aku berangkat sekolah pagi – pagi, aku pergi ke sekolah sendirian tidak diantar kakakku atau pergi bersama Sato, aku hanya berjalan kaki sendirian sekalian menenangkan fikiranku. Aku terus dan terus berjalan tiba – tiba aku bertabrakan dengan seseorang “aduuh, kau tidak apa – apa nona?” kata orang yang kutabrak tersebut “aku tidak apa – apa maaf aku menabrakmu”
“hm… iya tidak apa – apa kau sekolah dimana? Oh ya aku lupa namaku Adit salam kenal” orang ini aneh langsung memperkenalkan diri seperti itu dan langsung menanyakan dimana sekolahku benar – benar aneh “ah ah iya namaku Yuri, aku sekolah disana”
“owh itu kan sekolah elit, Yuri… seperti nama orang Jepang ya”
“iya ayahku berasal dari Jepang”
“oh begitu”
“eh sudah ya sampai nanti aku takut terlambat”
“oh iya maaf, sampai nanti” dan aku bergegas masuk ke sekolah, hampir saja aku telat seseorang yang suaranya benar – benar aku kenal memanggilku, Sato “Yuri, kenapa kau pergi duluan, dan kenapa kau baru datang? Bukankah kau berangkat lebih pagi dariku?”
“oh iya maaf Sato, aku hanya ingin pergi sendiri saja, ah tadi aku bertemu dengan seseorang dan sedikit berbincang – bincang sampai lupa waktu hehehe”
“oh begitu, hm… lenganmu kenapa?”
“oh ini, tidak apa – apa”
“kalau saja aku pergi bersamamu pasti kau tidak terluka”
“ah, ini kan hanya luka kecil saja Sato tidak usah dipermasalahkan hahaha”
“Kau menyembunyikan sesuatu kan Yuri? Dari semalam kau aneh” lalu teman sekelas menghampiri Sato “hei Sato, kau ini kenapa bersama Yuri terus? Mari ngobrol – ngobrol dengan kami” Sato yang orangnya memang ramah langsung menerima ajakan gadis – gadis itu “iya” mereka mulai bertanya – Tanya dengan nada genit dan aku benci hal itu! melihat Sato senang berbincang dengan gadis itu aku merasa muak, aneh kenapa aku harus seperti itu? kenapa? Memang aku ini siapanya Sato? Kenapa aku harus marah? Apa alasanku? Pusing dengan pertanyaanku sendiri aku keluar kelas dan pergi ke taman sekolah.
        Taman sekolah ini selalu membuatku merasa sedikit nyaman, aku sering tiduran dibawah pohon yang rindang ini biasanya sih bersam teman – temanku, tapi karena mereka sibuk dengan Sato aku ke taman ini sendirian. Aku mengirup nafas dalam – dalam dan memandang ke langit sambil memejamkan mata aku merasakan segarnya hembusan angin hari ini “ternyata kau disini , aku mencarimu kemana – mana”
“eh.. Sato ada apa kau kesini?”
“ada apa? Kau fikir kenapa? Sudahlah aku kesini mencarimu” “bukankah kau sedang asik berbincang dengan gadis – gadis itu?” “perbincangan mereka tidak menarik, jadi aku pergi dan mencarimu” “oh begitu” lalu Sato mendekatiku dia menatapku dalam – dalam “Sato? A a ada apa? Kenapa kau melihatku seperti itu?” lalu Sato memegang wajahku “Yuri kau penuh dengan kehangatan”
“Sato jangan seperti itu dilihat orang loh”
“aku tidak perduli”
“eh?”
“Yuri jangan pernah pergi dariku, kumohon”
“Sato…”
“tetaplah bersamaku”
“Sato, aduh kau ini ngomong apa sih?”
“hahaha lihat wajahmu merah”
“hei!!! Kau mempermainkanku ya????”
“hehehe sedikit, habis dari tadi kau murung terus sih, aku Tanya kenapa tidak kau dijawab”
“ah! Sudahlah” tiba – tiba seseorang yang baru ku kenal menghampiri kami “Yuri kau disini ya?”
“Adit? Kau sekolah disini?”
“iya aku baru saja pindah”
“Yuri siapa  pria ini?”
“oh iya perkenalkan ini Adit, laki – laki yang berbincang – bincang denganku tadi pagi, Adit kenalkan ini Sato”
“aku Adit salam kenal”
“aku Sato” yaah temanku bertambah nih asiiik tiba – tiba Rini datang dan memanggil Sato “Satoooo”
“ada apa?”
“aku mencarimu”
“mencariku?”
“iya”
“kenapa?”
“nanti kan malam minggu maukah kau pergi nonton bersamaku?”
“hm… boleh” hatiku terpukul dan aku terdiam dan terpaku aku mengerti orang yang special bagi Sato adalah Rini, tidak mungkin seorang Sato langsung menerima ajakan orang lain, tapi kan dia orangnya ramah jadi pasti dia menerimanya, aaaaahhh aku bisa gila dengan keadaan seperti ini!!! “maaf Yuri aku ingin jalan dengan Sato tanpa mengajakmu boleh kan?” aku agak terdiam dan aku bilang “boleh saja, kenapa harus ku larang?” dalam hatiku aku berkata “iya benar, kenapa harus kularang? Apa alasannya? Tapi… mungkin Sato dan Rini juga sama – sama suka jadi biarkanlah mereka” lalu aku berkata “semuanya sudah ya aku mau ke kelas dulu ada yang mau aku kerjakan” Adit bertanya kepadaku “ada yang mau kau kerjakan?”
“iya” lalu Sato bertanya“memang ada tugas lagi Yuri?” “tidak, ada hal yang lupa kutulis yasudah sampai nanti” aku bergegas ke kelas hatiku semakin gelisah dan kacau kepalaku jadi sakit lalu aku pergi ke kantin dan membeli minum, mungkin karena dehidrasi aku merasa sedikit pusing aku sedikit kesal jadi aku mengomel – ngomel sendiri “dasar orang aneh”
“hah? Sato?”
“ada apasih kau itu mengomel sendiri?”
“sejak kapan kau disini?”
“dari tadi aku bersamamu kok”
“jadi kau mendengar apa yang aku katakan?”
“hm tidak soalnya kamu berbicara tidak begitu jelas tadi?” dalam hati aku berkata hah syukurlah “Sato tapi bukannya tadi kau bersama Rini?” “iya sih memang, tadi Rini meninggalkanku jadi aku mengikutimu saja”
“oh begitu” pulang sekolah aku dan Sato pulang bersama – sama “Yuri kau terlihat agak aneh hari ini”
“hm… benarkah, maaf kalau sikapku membuatmu tidak nyaman, oh ya nanti kau jadi pergi nonton sama Rini?”
“ya kupikir begitu”
“hah? Kenapa mikir – mikir? Kan kamu bilang iya”
“iya sih, tapi kalau hanya berdua gak seru’’
“yah namanya juga kencan pasti berdua, mana ada yang bertiga atau berempat kau ini aneh – aneh saja” aku tertawa hambar “kau pikir begitu?”
“hah? Begitu bagaimana?”
“sudahlah lupakan saja” tiba – tiba terdengar suara mobil yang menabrak sesuatu dengan keras, kami langsung menuju kesana dan ternyata itu adalah mobil Rini, kau tahu Rini pergi ke sekolah mengendarai mobil sendiri benar – benar orang kaya dia itu ckckck… “Yuri lihat bukankah itu Rini?” dalam hati aku berkata “yaelah Sato itu memang Rini, emang dari tadi kau tidak paham apa! Huh” “hei Yuri kenapa diam ayo kita tolong”
“I, iya” kami menuju mobil Rini saat kami lihat Rini masih bergerak dan berkata “tolong aku” lalu dia pingsan dengan segera Sato menggendong Rini dan aku menelpon rumah sakit tak lama kemudian mobil ambulan pun datang Rini langsung dibawa ke rumah sakit dari tadi aku memperhatikan Sato aku melihat wajahnya khawatir aku jadi semakin yakin Rinilah orang yang disukai Sato aku agak terdiam melihat sikap Sato “Sato aku… aku mau keluar sebentar ya”
“mau kemana?”
“aku mau pulang, mau mengganti pakaian nanti aku kesini lagi membawakan pakaianmu juga serta membawakan makanan”
“ooh begitu yasudah, kau… pulang dengan siapa?”
“aku, aku pulang sendiri saja”
“tapi ini kan sudah mau sore, bahaya seorang gadis pergi sendirian”
“hahaha tidak apa – apa aku sudah terbiasa kok”
“baiklah kalau begitu, hati – hati dijalan ya”
“iya” dijalan aku menangis aku bertanya – Tanya dimana Sato yang selalu ada untukku? dimana sosok Sato yang membuatku tenang saat aku sedih? Besok adalah hari ulang tahunku, apakah dia ingat? Aku sudah memberitahukan ulang tahunku kepadanya dan dia juga begitu, lalu saat aku berjalan ada seorang pria menghampiriku “hai nona kok sendirian?”
“bukan urusanmu!”
“hei jutek amat sih”
“ih apaan sih deket – deket!”
“hei gadis itu gak boleh jutek”
“lepas, biarkan aku lewat”
“lepaskan tanganmu”
 “iya, pacarnya ya?”
“cepat pergi!”
“iya kami pergi” lalu pria – pria nakal itu pergi
“kau tidak apa -  apa Yuri?”
“Adit, iya aku tidak apa – apa”
“kenapa kau pulang sendirian? Bukannya tadi kamu pulang dengan Sato?”
“aku hanya ingin sendirian saja, lagi pula Sato sedang menemani Rini di rumah sakit”
“Rini? Oh ya yang tadi siang itu, memang dia sakit apa?”
“tadi dia kecelakaan”
“hah! Kecelakaan?”
“terus bagaimana keadaannya”
“tadi sih masih belum sadar”
“owh, nanti aku menjenguknya, eh iya aku temani kau pulang ya”
“tidak apa – apa aku pulang sendiri”
“tidak nanti kau seperti tadi digangguin lelaki itu”
“baiklah terserah kau saja, maaf merepotkan”
“tidak apa – apa, ternyata kau orangnya ramah ya”
“begitukah?”
“iya”
“hahaha ayo kita pergi aku tidak mau kau kemalaman sampe rumah, nanti kau dimarahin sama ibumu loh”
“enak saja aku ini kan laki – laki jadi tenang saja deh, malah sebaliknya kau yang akan dimarahi ibumu”
“hahaha iya benar juga” lalu kami berjalan menuju rumahku Adit memang pria baik gayanya dan sikapnya juga seperti orang dewasa Sato juga sih tapi Sato sedikit berbeda dari Adit, kurasa Adit orangnya terbuka dan Sato sedikit misterius aku tidak bisa menebak apa yang ada di pikiran Sato dia… benar – benar berbeda, sampai dirumah benar saja aku diomeli Ibuku “Yuri, darimana saja? Jam segini baru pulang!”
“maaf bu tadi…” lalu Adit menjelaskan “tadi Yuri jalan dengan saya tante, soalnya Yuri habis menjenguk temannya yang kecelakaan di rumah sakit ”
“oh begitu, eh Yuri Sato kemana?”
“Sato dirumah sakit Bu nemenin Rini”
“oh jadi yang kecelakaan Rini”
“iya”
“terus?”
“aduh Bu nanti saja aku mau ke rumah sakit lagi, kasian Sato belum makan, belum ganti pakaian”
“eh iya iya, lah kamu ke rumah sakit sama siapa? Kakak sedang pergi”
“aku bisa naik taxi saja” tiba – tiba saja Adit menawarkan diri “tidak usah biar aku saja yang antar”
“tidak usah, merepotkan saja”
“tidak pokoknya saya anterin”
“baiklah tapi kamu pulang dulu baru anterin saya ke rumah sakit, aku juga mau nyiapin makanan dulu”
“baiklah kalau begitu” lalu Adit pulang dan Ibu sibuk nanya – nanya ke aku dan aku sibuk masak makanan “Yuri, tadi itu pacar mu ya?”
“ih Ibu bukan, lagian Ibu ini nanya – nanya kayak gitu”
“gak apa – apa Ibu kan hanya nanya, terus ngapain Sato nemenin Rini? Kenapa gak nelpon orang tuanya saja?” aku sedikit terdiam sambil memegang pisau lalu aku mulai bicara “aku tidak tahu” lalu aku mempercepat masakanku “apa mungkin Sato suka sama Rini ya?” “Ibu! Kenapa sih ngomongin itu? lagian Ibu kan sudah tua kenapa masih aja kayak anak ABG nanya – nanya hubungan orang!”
“Yuri… ibu kan hanya bertanya saja, lagi pula kenapa kamu marah?” aku tertunduk dan mulai mengemas makanan “maaf Bu aku … bukan maksduku mau membentak Ibu mungkin aku kelelahan hari ini banyak yang aku pikirkan”
“yasudah tidak apa – apa, kalau kamu capek biar Ibu saja yang mengantarkan makanan”
“tapi Ibu kan tidak tahu ruangan dan rumah sakitnya, nanti Ibu bingung lagi”
“tenang saja memang di Rumah sakit tidak ada orang yang bisa Ibu Tanya?”
 “hehehe iya ya yasudah deh kalau begitu” akhirnya Ibukulah yang pergi mengantarkan makanan tapi sebelum itu Adit datang menjemputku “maaf Adit aku tidak jadi ke rumah sakit, jadi Ibuku yang kesana”
“Ibumu yasudah aku yang antar ibumu?”
“tidak usah nak Adit, tante berangkat sendiri saja, mendingan kamu temenin Yuri aja kasian sendirian di rumah”
“ih… Ibu! Apaan sih”
“tapi… tante…”
“sudah – sudah tu taxi tante udah dateng” lalu dengan santai Ibu melenggang menuju taxi tersebut, dan mau tidak mau Adit menemaniku di rumah deh “masuk dit diluar dingin”
“maaf ya mengganggu”
“tidak apa – apa” Adit pun masuk kedalam rumah aku mempersilahkannya duduk, karena takut bosan aku mengajaknya ke ruang TV biar tidak sepi “duduk dit, kamu udah makan?”
“belum sih”
“aku buatkan makanan ya”
“eh tidak usah, lagian aku belum laper hehehe”
“yeee, nanti sakit loh”
“tenang saja aku kebal kok”
“hahaha iya, iya” lalu aku memberikannya minum dan sedikit cemilan “apa kau hanya tinggal dengan ibumu Yuri?” “tidak, aku tinggal bersama kakak, dan Sato”
“Sato? Kok bisa?”
“iya ceritanya orang tua Sato itu teman ayahku, saat liburan aku pergi ke Jepang terus tak sengaja aku bertemu Sato, lalu kami jadi akrab, nah saat liburan usai tiba – tiba Sato pindah ke Indonesia” “oh begitu, sepertinya kalian benar – benar akrab ya”
“tentu saja, saat aku di Jepang Sato selalu membantuku”
“haha baik ya Sato itu”
“hem.. Adit kalau kau mau pulang tidak apa – apa, ah ya bukan maksudku mengusir hehehe, soalnya sudah malam begini”
“iya kau benar juga, tapi kok Ibumu belum pulang ya?”
“mungkin… dia menemani Sato di rumah sakit”
“ya baiklah aku pulang, apa kau tidak takut sendirian?”
“tentu saja tidak hehehe”
“baiklah kalau begitu” lalu aku mengantar Adit ke depan rumah “selamat malam Adit, terimakasih udah nemenin”
“mm… iya, kalau ada apa – apa bilang saja ya”
“hahaha iya” dan Adit pulang tinggal aku sendirian dirumah, saat aku menutup pintu terdengar suara aneh, terdengar seperti ada yang memanggilku, tapi tidak ku hiraukan kupikir aku terlalu lelah jadi sering berhalusinasi dan mendengar suara aneh aku langsung ke kamar dan membaringkan tubuhku “hah capeknya, apakah ada yang menelponku, siapa ini? Nomer? Nomer siapa ini ya? Ah sudahlah mungkin orang iseng” lalu aku meletakkan ponselku dan tidur, tiba – tiba ponselku bordering dan aku mengangkat ponselku “halo” “selamat malam, benar ini Yuri?”
“iya ini aku Yuri”
“oh syukurlah”
“maaf ini siapa ya?”
“kau tidak mengenali suaraku? Aku Sato”
“oh Sato kukira siapa”
“hm… kenapa? Ada sesuatu Yuri nada suaramu sepertinya tegang”
“ti, tidak kok hahaha aku baik – baik saja, oh ya bagaimana keadaan Rini?”
“dia baik – baik saja, mungkin besok sudah pulang, oh ya kata Ibumu Adit dirumah ya?”
“iya, tapi dia sudah pulang”
“begitu… Yuri, aku mohon jangan pernah pergi dariku”
“hah? Memang aku mau pergi kemana? Kau tidak istirahat?”
“hm… aku hanya takut saja, aku belum bisa tidur, dirumah sakit kan tidak ada tempat tidur”
“hahaha oh iya ya, tapi kamu harus istirahat bagaimana Ibuku?”
“Ibumu sudah tidur di sofa”
“oh kenapa tidak pulang saja?”
“hm… Rini memintaku untuk menemaninya, aku sebenarnya ingin pulang hehehe”
“hem begitu, sudah ya Sato sepertinya aku mulai mengantuk”
“oh iya maaf mengganggu malam – malam, habis aku telpon tidak kau angkat”
“hehehe iya tadi aku keasyikan ngobrol”
“sebegitu asiknya kah sampai kau tidak menjawab telpon dariku?” hatiku langsung berdegup kencang mendengar perkataannya itu “bu, bukan begitu aku… aku hanya-“
“yasudah, tidak apa – apa sebaiknya kau beristirahat maaf menelpon malam – malam” komunikasi kampipun terputus, aku merasa sangat sedih dan sangat takut mendengarnya berkata seperti itu aku tidak mengerti apa yang dipikirkannya sungguh aku tidak mengerti, dia menghawatirkan siapa aku atau Rini? Siapa yang lebih penting baginya aku tidak paham sungguh tidak paham, karena tidak ingin begitu pusing memikirkannya akupun langsung tidur, paginya aku berlari pagi bersama kakakku di hari minggu benar – benar kulakukan dengan olahraga membersihkan rumah setelah semua selesai aku pergi ke rumah sakit tentu saja aku membawakan makanan untuk Rini dan pakaian ganti untuk Sato dan Ibu “apaan ini Yuri masa hanya Rini saja yang dibuatkan makanan untukku mana” celetuk Sato “kau kan bisa beli sendiri”
“tapi Ibumu belum makan dari semalam Yuri… kau ini” lalu aku melihat Ibu ia terlihat sangat lelah aku heran kenapa Ibu dan Sato menjaga Rini sampai seperti itu padahal kan ada orang tuanya Rini. “aku pergi sebentar, aku mau beli makanan buat kalian lagipula aku hanya membuatkan bubur saja” Sato melihatku dan berkata “apa mau kutemani?”
“tidak usah kau jaga Ibuku saja biar aku pergi sendiri” aku pergi ke warung makan dan membelikan daging dan nasi lalu aku kembali ke rumah sakit “ternyata Ibu sudah bangun rupanya”
“iya aku tidak sadar tertidur seperti ini”
“tentu saja Ibu terlalu lelah jadi wajar saja, oya ini aku habis beli makanan”
“terimakasih Yuri”
“hehehe iya Ibu” aku menghampiri Sato dan memberikan makanan untuknya “ini makananmu “
“terimakasih”
“mm… sama – sama”
“apa nanti malam kalian pulang?” Ibu menjawab “sepertinya tidak soalnya Rini meminta Ibu menjaganya orang tuanya juga sepertinya ada urusan”
“aku juga sama”
“begitu ya” sedih sih mendengar kata – kata ibu, padahal saat di bandara saja Ibu tidak datang menjemputku “baiklah aku pulang dulu ya”
“kok cepat Yuri” kata Ibu “iya besok kan sekolah lagipula rumah masih berantakan jadi mau aku rapihkan dulu”
“baiklah kalau begitu” lalu aku berpamitan dengan Rini dan orang tuanya saat aku diluar aku melihat Sato tertidur dia terlihat tidur dengan pulas jadi tidak aku bangunkan.
        Keesokan harinya aku ke sekolah tanpa ada siapapun dirumah, yah cukup bingung sih soalnya aku tidak terbiasa tiba – tiba ditinggal begini, dijalan aku bertemu Sato dan Rini “loh kalian? Rini apa kau sudah sehat?” kataku “mm… aku sudah sehat”
“tapi… kakimu?”
“tidak apa – apa, lagipula ada Sato dia bisa membantuku berjalan” aku terdiam dan melihat mereka berdua “oh begitu ya” lalu Sato bilang “hm… ada apa dengan wajahmu itu Yuri? tidak terlihat ceria seperti biasanya”
“tidak apa – apa aku duluan ya, Sato jaga Rini ya” walaupun dengan berat hati aku tetap berkata seperti itu akupun meninggalkan mereka berdua sungguh rasanya ingin menangis melihat mereka seperti itu, setelah agak jauh dari mereka aku pergi ke suatu tempat disana aku menangis dan menenangkan hatiku aku tidak percaya aku benar – benar jatuh cinta kepada Sato ternyata begitu sakit, belum pernah aku merasakan perasaan seperti ini setelah sudah tenang aku kembali pergi ke sekolah, pelajaran pun dimulai hingga pulang sekolah, selama di sekolah aku tidak bercakap – cakap dengan Sato entah rasanya tidak ada yang ingin dibicarakan atau diobrolkan disaat aku keluar kelas Rini sudah menunggu Sato didepan kelas, itu membuatku kesal aku langsung saja pergi tanpa berpamitan saat menuju lorong sekolah aku bertemu dengan seseorang yang sangat kubenci Indah namanya dia seseorang yang benar – benar tidak aku inginkan dihidupku dialah orang yang merusak keluargaku. “Hai Yuri lama tidak bertemu, apa kabar?” aku hanya menatapnya tajam tanpa menjawabnya “hei kenapa diam?”
“aku tidak ingin berbicara dengan orang sepertimu!”
“hahaha oh ya kabar ayahmu baik – baik saja tidak perlu khawatir, kau tahu kemarin aku dibelikan handphone loh keren lagi”
“lalu? Kau bangga dengan pemberian seperti itu? menjijikkan!”
“ketus sekali kau ini tidak ada ramah – ramahnya!”
“orang sepertimu tidak perlu dikasih hati, lama – lama bakal ngelunjak tahu gak!”
“wah berani sekali! Kalau aku laporkan ayahmu pasti kau dimarahi yak kan?”
“aku tidak perduli! Laporkan saja, cepat atau lambat ayahku akan menyesal telah mengenalmu!”
“hohoho aku tidak perduli, yang aku butuhkan hanyalah uangnya saja” saat itu aku benar – benar marah ingin sekali menampar wanita itu, lalu aku pergi tiba – tiba dia menarik tanganku. “lepaskan! Apa yang kau lakukan! Jangan menyentuhku wanita jalang!” saat dia mau memukulku aku menahan tangannya duluan dan aku desak dia kedinding “aw! Perlakuanmu begitu kasar”
“siapa yang memulai duluan hah? Wanita picik”
“kau lihat saja Yuri aku akan membuat hidupmu menderita! Terutama Ibumu!” lalu aku mencekik leher wanita itu “ugh” teriak wanita itu “sampai kau melukai ibuku aku juga tidak akan segan – segan membunuhmu walaupun resikonya besar buatku! Ingat itu wanita murahan!” lalu aku meninggalkan wanita itu pergi, entah apa yang terjadi tiba – tiba Sato menghampiriku dan menghentikan langkahku “Yuri” aku menghiraukannya aku menunduk dan terus berjalan, tapi Sato menghalangi jalanku “Yuri, Yuri!” bentakan Sato membuatku diam “apa yang kau lakukan pada wanita itu? itu sangat tidak sopan!” aku pikir dia akan menghiburku ternyata malah membela wanita itu saat itu aku sedih mendengarnya lalu aku menunduk sambil menangis “jawab akau Yuri!” “tapi dia yang salah, dia duluan yang mulai!” “benarkah? aku lihat tidak seperti itu! kaulah yang salah sana minta maaf padanya”
“apa? Apa kau bilang? Minta maaf? Sampai kapanpun aku tidak akan pernah minta maaf padanya!”
“tapi kau itu tidak boleh seperti itu”
“apa kau tahu masalahnya Sato? Kau tahu?”
“ya gadis itu bilang kau datang dan tiba – tiba mencekiknya”
“Sato kau tidak tahu yang sebenarnya, sudah tinggalkan aku sendiri kau urusi saja wanita itu, lagipula kau kan sedang bersama Rini kenapa malah kau kesini, sudah pergilah” sambil menangis aku berlari dan meninggalkan Sato tanpa memandang wajahnya aku kesal apa sih yang dipikirkaannya, dia itu!  selalu  saja membela orang lain sikapnya juga mulai berubah, kenapa sih dia  begitu mengesalkan! Huh! Sampai dirumah kakakku melihatku seperti itu, lalu dia mendekatiku dan menggodaku aku tahu kakak melakukan itu untuk menghiburku aku mulai terasa agak baikan, tak lama dari itu Sato pulang dan melihatku dan akupun melihatnya jadi kami sama – sama seliatan deh hehehe :D. lalu aku masuk kekamar langsung mandi dan mengganti pakaianku tak lama dari itu Sato datang kekamarku ia mengetuk pintu kamarku “Yuri apa kau didalam?” aku hanya diam saja tak menjawabnya “Yuri kalau kau ada didalam aku mau bicara denganmu” aku tetap tidak menjawabnya “Yuri… apa kau marah padaku? Kau marah karena hal apa?” aku berkata pada diriku apa? Dia bilang marah karena hal apa?” Udah tau aku lagi marah malah masih nanya lagi huh! Dia itu menyebalkan!Tak lama Sato pergi dari pintu kamarku didalam kamar aku menangis enggan keluar kamar lalu terdengar suara kakakku “Yuri kau tidak makan? Nanti sakit loh, ayo Yuri makan bersama – sama atau pintunya mau kakak dobrak?” lalu aku keluar dan melihat kakakku, kakakku hanya diam melihatku seperti itu aku dan kakakku pergi menuju ruang makan di meja makan sudah ada Sato dan Ibu, seusai makan kakak mengajakku jalan – jalan.
        Kakak mengajakku ke bukit kecil dekat rumahku kakak bertanya kenapa denganku aku hanya menjawab tidak apa – apa, kakak menatapku dan berkata “Yuri, jika kau sedih kau bisa cerita dengan kakakmu ini, apa kau tidak percaya dengan kakak?”
“bukan begitu kak ini hanya saja…”
“kau sedang bertengkar dengan Sato?” aku terdiam tak berkata sedikitpun “hei, jika sedang ada masalah selesaikan jangan seperti ini, ini hanya akan menyakitimu dan kau jadi berjauhan kan dengan Sato, oh ya tadi Sato bilang jika Yuri tidak mau berbicara dengannya selama 2 hari dia mau pindah loh” aku langsung terkejut mendengar perkataan kakak tadi “apa? Gak gak mau, kakak bohongkan?”
“untuk apa aku berbohong” lalu aku pergi dan berlari menuju rumah dan Sato sudah ada didepan rumah aku berhenti dan hanya melihatnya saja, dan Sato menghampiriku dan berkata “Yuri… aku mohon jangan begini, aku tersiksa jika seperti ini” aku menatap Sato “Yuri kumohon maafkan aku, jika kau tidak mau memaafkanku aku akan pergi” dan aku menjawab “aku akan memaafkanmu jika kau menjawab semua pertanyaan dariku”
“apa itu?”
“siapa orang yang kau katakan saat kita berada ditoko itu dan kenapa kau terlihat aneh di taman bunga sakura waktu itu? Apa kau berpacaran dengan Rini? Kenapa kau membela wanita yang tidak kau kenal sama sekali kenapa kau malah menyalahkanku tanpa tahu alasannya? Kenapa kau…” Sato memelukku “apakah itu yang membuatmu kesal padaku? Apakah kau kira aku dan Rini berpacaran?” aku terdiam dipelukkan Sato “habis Sato sangat dekat dengan Rini jadi kukira kau ber…pacaran… dengannya” Sato tertawa kecil “hm… kau cemburu Yuri?”
“e… enak saja”
“tidak usah menyangkal, sebenarnya aku tidak berpacaran dengan Rini aku hanya mendekatinya karena aku ingin tahu banyak tentangmu”
“kalau kau ingin tahu banyak kenapa kau tidak Tanya pada ku saja?”
“apa mungkin kau akan menjawab jujur setiap pertanyaanku? Masalah ini saja kau tidak memberitahuku”
“kenapa kau membela wanita itu?”
“karena aku tidak mau mendengar dan melihat kata – kata kasar dan perlakuan kerasmu itu dengan orang lain”
“tapi kan dia yang salah Sato”
“aku tahu memang dia yang salah, tapi kau harus bersikap lembut walaupun dengan musuhmu, kau wanita Yuri jika dia melakukan sesuatu kepadamu dan saat itu kau sendirian dan tidak ada aku disampingmu itu akan bahaya”
“dan siapa wanita yang kau sebutkan waktu itu?”
“itu adalah kau”
“hah apa maksudmu? Kita kan baru saja bertemu”
“memang awalnya aku tidak tahu aku juga heran kenapa saat aku bersamamu terasa begitu nyaman, tapi mengetahui paman dan bibimu, orang tuamu aku jadi ingat seorang gadis kecil yang selalu bermain denganku, dia suka sekali dengan bunga sakura dia selalu perhatian, saat aku sakit dia selalu menangis dan dia adalah cinta pertamaku yah itu adalah kau”
“tapi… kenapa aku tidak mengingat itu?”
“sebenarnya saat itu kau memiliki kanker otak dan saat itu penyakitmu itu sangat membahayakan sehingga dokter menyarankan untuk mengoperasimu dan mencarikan pendonor otak untukmu kaupun sembuh, tapi disaat kau terbangun kau hanya mengingat keluargamu dan kau pun dibawa ke Indonesia” aku menangis dan terdiam “hei, kenapa kau menangis?”
“tidak hanya saja aku benar – benar sedih, aku melupakan seseorang yang penting dalam hidupku”
“Yuri, tapi pada akhirnya kita bertemu lagi kan? Aku sungguh senang”
“Sato… kau ini” lalu aku memukuli Sato “hei, hei hentikan sakit tahu”
“huhuhu Sato kau ini menyebalkan!”
“hahaha jadi apa kau mau memaafkanku?”
“hm… iya”
“apa kau mau menjadi seseorang yang special untukku, yah saat kau bersama Adit malam itu aku merasa sangat kesal tidak bisa menemanimu saat kau sendirian sebenarnya aku cemburu saat itu” aku bengong dan hanya menatapnya saja “hei Yuri, kenapa wajahmu seperti itu jelek sekali”
“ih Sato! Kau cemburu?”
“iya aku cemburu, jadi apa kau mau… jadi pacarku?” wajahku memerah dan tersipu malu aku pun menjawab “iya aku mau” Sato terlihat senang dan tertawa lebar – lebar “hei Sato jangan keras – keras nanti mengganggu tetangga!”
“hahaha tidak masalah, Yuri aku benar – benar suka padamu”
“aku juga J